Blog Adalah Ruang

Seingatku belum pernah membiarkan blog ini menjadi sarang laba-laba terlalu lama selain karena laptopku rusak. Dell hitam kesayangan dengan motif khasnya  yang menemani perjalananku di bangku sarjana juga pascasarjana. Sebelum memiliki anak tentu tak terpikirkan posting blog dari handphone, karena sudah nyaman dengan layar laptop yang besar sambil buka tab banyak. Lain hal setelah melahirkan, aku malah merasa tertantang untuk posting blog walau hanya menggunakan handphone. Mungkin tidak untuk ditiru ya, tapi jujur aku dan handphone memang agak sulit dipisahkan. Jadi aku bisa banget tuh menyusui sambil rebahan sekaligus ketak-ketik di handphone. Tentu di saat tak ngantuk berat. 

Kelamaan nggak posting blog sebenarnya nggak asik, tapi setelah menikah harus lebih menyaring dan pikir lebih panjang sebelum kemudian akhirnya posting. Ehm, harap maklum karena dari awal punya blog itu murni untuk curhat tanpa kadang-kadang dibayar seperti sekarang. Nyaman rasanya kala itu, setelah posting ada pembaca yang dengan senang hati berkunjung dan meninggalkan komentar tanpa diminta. Capek dan jenuh juga ternyata memenuhi target viewers. Dulu dari komentar organik, Alhamdulillah aku bisa lanjut ke pelaminan. Apa zaman sekarang masih ada ya kisah-kasih yang sama seperti aku.

Aku terlalu nyaman juga sih dengan kegemaranku yang nggak baru-baru banget. Mulai lagi install game di handphone dan tenggelam dalam permainannya. Padahal permainannya sederhana sih mirip tetris zaman gimbot dulu, tapi masih penasaran dari hari ke hari. Lumayan bikin pikiran agak tenang dan sadar kalau dunia ini nggak berputar untuk diriku sendiri aja.

Semenjak mengenal monetizing blog, aku juga agak males curhat tanpa dibayar. Sikap yang satu ini sangat aku sayangkan juga karena kegemaranku sekarang berubah menjadi sebuah pekerjaan paruh waktu yang menuntut profesionalitas. Tapi sekarang sudah lain cerita, karena aku benar-benar memilih tempat lain untuk bercerita.

Semenjak kesehatan mentalku terganggu lagi, aku memilih berbagi cerita dalam buku di rumah saja seperti saat awal aku belum bertemu dengan blog pertamaku. Walau sudah lama tak ku goreskan penaku disana, tapi aku bersyukur karena itu adalah salah satu pertanda bahwa Alhamdulillah aku baik-baik saja. Berusaha menjalani kehidupan nyata dan mengurangi banyak curhat diblog, karena aku nggak tau juga siapa yang baca. Kalau curhat biasanya aku nggak pernah share hasil postingan blogku ke media sosial lain jadi harapannya sih biar murni pembaca organik saja yang mampir kesini.

Jujur aku rindu juga komentar organik, seperti rindu pertanyaan-pertanyaan saat pembaca menanyakan tentang bikin SIM. Komentar organik di masa kini termasuk 'mahal' harganya. Ya aku juga demikian sih, cukup membaca cepat dan setelah mendapatkan informasi yang diinginkan langsung close tab. Kalau info di media sosial mungkin masih lebih baik karena bisa meninggalkan jejak berupa like walau tak komen. Rasanya ingin mengulang kembali kebahagiaan masa-masa itu. Menjadi motivasi juga bagiku untuk lebih sering posting seputar tutorial, resep masakan mungkin, atau tips-tips lainnya. Semua memang ada masanya ya. Mau tak mau aku harus bisa nyaman dengan kondisi blog walking masa kini juga.

Aku merasakan sendiri, bangkit untuk posting blog lagi setelah dilanda sebuah persoalan yang tak bisa ku curhatkan di blog benar-benar membutuhkan upaya besar. Sampai pada akhirnya aku lega karena kembali bisa bercerita tentang persoalan itu walau tidak banyak tapi cukup memindahkan masalah-masalah dalam otakku. Tentu saja harus benar-benar hati-hati dalam memilih kata, terlebih lagi masalah itu sebuah hal yang sensitif bagiku pribadi.

Blog pada masanya menjadi tempat keluh-kesah ternyaman untukku pulang. Untuk saat ini, pulang ke rumah yang nyaman sudah cukup membuatku tenang.

blog


2 Komentar

thank you for stopping by dear, your comment will create happiness :)

  1. Sejak beberapa hari lalu sudah membaca ini, baru komen sekarang. Memang, seiring waktu kita hidup, ada fase-fasenya yang berjuta rasa. Semangat bund 😊💪

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama