Menjelang dan Mengawali 2022: Bagian Satu

Tak ada hal yang menjadi permulaan pasti kapan kondisi pada diriku ini terjadi. Sekarang aku mencoba bercerita kronologis dari hal-hal yang aku alami sejak akhir tahun 2021. Di bulan Desember jelang akhir tahun, aku dan keluarga kecuali suami pulang kampung ke wilayah Jawa Timur. Disana kami mengunjungi beberapa tempat wisata sekaligus berkunjung ke rumah sanak saudara dan ziarah ke makam leluhur kami. Perjalanan pulang kampung yang lancar tak membuatku bosan dan memiliki firasat yang aneh-aneh. Namun memang teringat kejadian kecelakaan seorang artis yang meninggal bersama suaminya pada kecelakaan di Jawa Timur belum lama pada saat itu. Runtuh dari Feby dan Fiersa Besari sering diputar kala itu sampai anakku hafal reffnya.

Tak perlu khawatir ku hanya terluka...

Terbiasa tuk pura-pura tertawa...

namun bolehkah skali saja ku menangis...

sebelum kembali membohongi diri.

Singkat cerita, bulan Januari sudah di depan mata. Kami kembali berkumpul di rumah setelah perjalanan pulang kampung yang memakan waktu kurang lebih seminggu. Aktivitas ku pun kembali normal, sebelum pergantian tahun memang banyak resolusi yang ku pikirkan dan perubahan pola hidup yang ku inginkan. Aku ingat betul aku ingin lebih rajin memasak dan mencoba memaafkan serta berlapang dada dengan semua yang ku anggap kesalahan di masa lalu. Mungkin baru tahun 2022 ini aku mempunyai resolusi yang benar-benar direncanakan, biasanya pergantian tahun hanya terlewati begitu saja tanpa sebuah resolusi.

Di bulan Januari aku sedang menyukai mengajak anak untuk ikut playsdate. Hampir tiap minggu kami pergi mengantarnya playdate ke Pizza Hut, minggu selanjutnya ke Carl's Jr, dan terakhir di J.Co. Awal tahun yang indah dan aku merasa sudah berada di puncak karir sebagai freelance blogger. Setidaknya ini berdasarkan kriteria yang ku buat sendiri. Aku bisa berbagi pengalamanku sebagai freelance blogger pada orang lain walaupun melalui media whatsapp dan webinar. Keinginanku untuk sekadar muncul pada flyer promosi tercapai sudah. Rasanya tak ada lagi keinginan muluk-muluk yang ingin ku kejar.

Tiba di bulan kelahiranku yang sudah diawali dengan hasil tes positif COVID-19 dari suami. Pada saat itu rasanya hidupku perlahan runtuh. Panik menyerang dan aku langsung mengungsikan diri ke rumah mertua yang berjarak tak jauh dari rumah kami. Hari berganti minggu dan hampir sebulan, hasil positif suami tak kunjung memberikan kabar baik. Di hari kesepuluh aku memilih pulang ke rumah dan berkumpul lagi. Saat itu aku membayangkan kondisi yang bakal bikin aku sedih karena saat hari kelahiranku, aku tak bisa berkumpul bersama. Alhamdulillah itu tidak terjadi.

Perubahan pun ku rasakan mulai terjadi secara drastis, kembali ke rumah membuatku rajin bersih-bersih bahkan hampir tiap hari mencuci. Aku pribadi berpikir mungkin ini dampak dari pandemi yang langsung menyerang pada suamiku. Tapi lama kelamaan aktivitasku menjadi semakin tidak masuk akal. Aku kurang istirahat di malam hari namun sanggup melakukan berbagai aktivitas di siang hari tanpa jeda bahkan tanpa makan. Alhamdulillah jelang akhir bulan hasil PCR suami pun membaik. 

Kalau diingat-ingat sebelum suami terjangkit wabah COVID-19, dia membantu warga komplek membunuh ular yang muncul saat siang hari. Entahlah ini ada kaitannya atau tidak, namun jika ditarik benang merah pembunuhan ular ini berkaitan dengan serangan ilmu sihir yang nyasar. Begitu yang dikatakan oleh orang yang menolongku beberapa hari setelahnya. Sebenarnya, suami sudah biasa membunuh ular saat tinggal di kampung halamannya karena rumahnya dekat sawah. Namun ada seorang warga sini yang mengatakan kalau bertemu ular jangan dibunuh, karena khawatir bukan ular biasa.

Cerita ini akan berlanjut ke bagian dua.



Posting Komentar

thank you for stopping by dear, your comment will create happiness :)

Lebih baru Lebih lama