Membangunkan Lahan Tidur Bukan Sekadar Mimpi

Seringnya saya tak pernah berniat menanam cabai, namun sisa-sisa biji cabai yang terbawa aliran air di bak cuci piring memilih berhenti di selokan depan rumah kemudian tak lama tumbuhlah pohon cabai yang masih pendek. Dengan mudah dipindahkan oleh tetangga ke tanah di dekatnya agar bisa tumbuh lebih subur. Beberapa hari berikutnya, cabai pun sudah bisa terlihat bunga dan buahnya. Berbeda dengan kondisi di Palu, Sulawesi Tengah, yang memiliki banyak lahan tidur. Merawat cabai membutuhkan semangat tinggi karena mendapatkan air untuk menyirami tanaman cabai tak semudah seperti disini. Meskipun tidak membutuhkan banyak air, namun kebutuhan airnya tetap harus tercukupi.

Mengajak warga menjadi petani cabai menjadi pembuka jalan bagi Pak Agus untuk mewujudkan mimpinya menjadikan warga Layana Indah lebih mandiri dan mampu berwirausaha. Semangat Pak Agus sebagai tokoh pemuda di Kampung Layana Indah bertujuan untuk membangkitkan semangat kemandirian warga Layana untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Keinginan Pak Agus untuk membuat warga Layana Indah lebih berdaya memang tak semudah itu. Memiliki pengalaman bercocok tanam cabai membuat Pak Agus mantap untuk mengakhiri pekerjaannya sebagai pegawai swasta di tahun 2016.


Cabai pun tak sekadar dipanen lalu dijual namun diolah kembali oleh warga menjadi saus dan bubuk cabai. Astra pun mendukung Pak Agus mewujudkan impiannya melalui Kampung Berseri Astra (KBA) dengan mengadakan pelatihan, pemberian perangkat pertanian, juga pupuk. Selanjutnya Pak Agus merencanakan penanaman bibit pohon mangga yang tidak membutuhkan banyak air juga. KBA Layana Indah pun mengembangkan Rumah Baca Khofifah Azzahra untuk merangkul anak-anak warga desa Layana Indah.

Mengurus tanaman cabai tentu bukan hal yang mudah, apalagi bagi generasi masa kini yang lebih mengenal media sosial. Dibandingkan terjun langsung mengurus lahan, tentu lebih enak hanya memantau kebun dari jauh dan memviralkan proses menanam cabai, memanennya, hingga memasarkannya ke konsumen. Mungkin generasi saya paham betul bagaimana menjadi marketing yang baik, namun untuk menjadi petaninya langsung boleh jadi bisa dihitung jari.

Pada tahun 2018, semua harapan besar yang diangan-angankan Pak Agus dengan dukungan penuh dari Astra pupus sudah diterpa bencana gempa dan tsunami. Warga Layana Indah pun mengungsi bersama korban bencana lain ke lokasi yang lebih aman. Kebun cabai pun mengalami kegagalan panen. Tentu tak mudah menghidupkan kembali semangat warga yang masih beradaptasi dengan kehidupan pascabencana. Perlahan Pak Agus menyemai kembali bibit-bibit cabainya walau sempat kekurangan pasokan air. Astra pun membuatkan khusus sumur bor untuk mengairi ladang cabai. Pohon-pohon cabai pun kembali menunjukkan tanda-tanda siap dipanen. Nyatanya bencana tak begitu saja mematahkan semangat warga Layana untuk segera bangkit dari keterpurukan. Keinginan kuat untuk bangkit dari bencana membuat Pak Agus semakin bersemangat untuk mewujudkan mimpinya yang tertunda.   

Sumber: Instagram @kbapalu


Dikutip dari Tempo, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebutkan sebanyak 6.000 hektare lahan pertanian dan perkebunan di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah rusak akibat diterjang gempa dan Tsunami. Di posisi tersulit pascabencana besar ini, Pak Agus masih memikirkan masa depan saudara-saudaranya di Layana. Beruntung sekali warga Layana memiliki sosok pejuang yang dianugerahi optimisme tinggi untuk merawat kembali lahan-lahan yang terbengkalai pascabencana. Saya belum tentu bisa seperti beliau, bahkan di posisi aman sekalipun rasanya masih selalu memikirkan diri sendiri. Belum pernah terbersit rasa ingin bangkit bersama dengan orang lain agar kehidupan semua orang menjadi lebih baik dan mempunyai kesempatan mendapatkan masa depan yang cerah juga. Pak Agus menginspirasi saya untuk berbuat lebih banyak untuk lingkungan agar bisa bermanfaat bagi orang lain.


Sumber: Instagram @kbapalu


Penghasilan warga Layana pun membaik seiring berjalannya waktu pascagempa. Pengorbanan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi Pak Agus, kini menuai hasilnya. Perekonomian warga pun membaik dari hari ke hari. Tak pernah saya cari tahu lebih lanjut alasan Kakak ipar saya selalu membawa oleh-oleh bawang goreng khas Palu tiap beliau pulang dinas. Sekarang saya pun tahu mengapa kakak ipar selalu membawa buah tangan itu. Salah satu alasannya karena di wilayah Palu, jenis tanaman bumbu dapur seperti cabai dan bawang merah termasuk paling mudah untuk dibudidayakan.

Sumber: Instagram @kbapalu


Kini saatnya memulai perubahan, bertani tak lagi sekadar angan-angan tapi bisa terwujud menjadi kenyataan. Niat dan semangat yang sungguh-sungguh ternyata bisa meningkatkan taraf hidup semua orang. Sebagai negara agraris, kita bisa memberdayakan lahan di lingkungan kita dan mulai merawat tanaman. Bisa jadi semangat kita untuk memulai bercocok-tanam menular pada orang lain seperti Pak Agus yang masih mempunyai rencana besar untuk warga Layana, salah satunya mengembangkan eduwisata.

Sumber: Instagram @kbapalu

Saya sendiri tak pernah mempunyai keinginan untuk menjadi petani. Namun pandemi Covid-19 mengubah pandangan saya. Walau memiliki lahan terbatas, namun pekarangan saya cukup untuk menanam katuk, sereh, pandan, pepaya, lidah buaya, bunga telang, dan tanaman hias lainnya. Hasil tanam saya juga bisa dinikmati tetangga di sekitar, jadi tidak perlu lagi membeli bumbu dapur di tukang sayur dalam jumlah banyak karena biasanya hanya sedikit yang diperlukan saat memasak. Berawal dari membuat produktif lahan sempit, semoga suatu hari nanti saya bisa juga mengolah lahan yang lebih luas dan cukup menghasilkan seperti Pak Agus.

bisnis perkebunan

Posting Komentar

thank you for stopping by dear, your comment will create happiness :)

Lebih baru Lebih lama