Dalam derai air mata dan kesedihan yang ku rasa cukup dalam. Anak pertamaku menangis dan bayiku juga saat maghrib, bersamaan di hari itu suami belum sampai rumah. Akhirnya aku merasakan posisi ini.
Selesai dengan si bayi, aku mulai merangkul kakak dan ku dengar suaranya berucap seperti judul di atas. Aku diam, tak ku sangka secepat ini mendapatkan kalimat itu. Tapi kalau dipikir-pikir jika saat kecil aku bisa bersuara lantang dan menangis keras saat umurku bukan bayi lagi, mungkin aku akan menyuarakan hal yang sama.
Kejujuran dari hatinya yang terdalam. Sering aku minta dia untuk menangis dan mengungkapkan apa yang dirasakan agar hatinya lega. Sebisa mungkin tidak menangis sampai ketiduran.
Semangat berjuang dan belajar terus ya bu. Wajib selalu kita menempatkan pertolongan Allah SWT diurutan pertama, karena mendidik anak adalah ibadah sepanjang hayat. Semangat Ven!